THORAX
Sjahriar
Rasad
PENDAHULUAN
Pemeriksaan
radiologik toraks merupakan pemeriksaan yang sangat penting. Kemajuan yang
pesat selama dasawarsa terakhir dalam teknik pemeriksaan radiologik toraks clan
pengetahuan untuk menilai suatu roentgenogram toraks menyebabkan pemeriksaan
toraks dengan sinar Roentgen ini suatu keharusan rutin. Pemeriksaan paru tanpa
pemeriksaan Roentgen saat ini dapat dianggap tidak lengkap. Suatu penyakit paru
belum dapat disingkirkan dengan pasti sebelum dilakukan pemeriksaan radiologik.
Selain itu, berbagai kelainan dini dalam paru juga sudah dapat dilihat dengan
jelas pada foto Roentgen sebelum timbul gejala-gejala klinis, sehingga
pemeriksaan secara rutin pada orang-orang yang tidak mempunyai keluhan apa-apa
(mass-chest-survey) sudah menjadi prosedur yang lazim dalam pemeriksaan
kesehatan masyarakat secara massal, seperti yang dilakukan pada para mahasiswa,
murid sekolah, anggota alat negara, pegawai perusahaan, serta para karyawan
lainnya. Misalnya suatu sarang tuberkulosis yang hanya sekecil 2 mm
diameternya, mungkin telah dapat dilihat pada foto Roentgen, sedangkan
pemeriksaan fisik klinis tentu tidak akan berhasil menemukan sarang sekecil ini
!
Tidak
ada cara lain yang sebanding pentingnya dengan pemeriksaan radiologik untuk
dokumentasi clan pemeriksaan berkala (follow-up) yang obyektif. Foto Roentgen
yang dibuat pada suatu saat tertentu dapat merupakan dokumen yang abadi dari
penyakit seorang penderita, clan setiap waktu dapat dipergunakan clan
diperbandingkan dengan foto yang dibuat pada saat-saat lain.
Untuk
mengetahui adanya suatu kelainan pada foto Roentgen memang diperlukan sedikit
latihan, tetapi untuk menilai dengan te liti suatu kelainan yang terlihat serta
menarik kesimpulan yang tepat, merupakan sesuatu hal yang jauh lebih sulit clan
memerlukan latihan yang lebih lama di samping pengetahuan yang mendalam tentang
cabang ilmu kedokteran lainnya, terutama patologi clan ilmu penyakit dalam.
Misalnya, untuk dapat melihat adanya suatu bayangan seperti lubang atau kavitas
dalam paru hanya diperlukan sedikit latihan, tetapi untuk menentukan apakah
kavitas itu disebabkan oleh tuberkulosis atau suatu abses bukan tuberkulosis,
kista kongenital, atau suatu karsinoma yang mengalami nekrosis, clan
sebagainya, adalah suatu hal yang jauh lebih sulit, bahkan kadang-kadang tak
mungkin dipastikan. Dalam hal seperti ini, maka hanyalah koordinasi yang baik
antara hasil pemeriksaan klinis clan laboratorium dengan pemeriksaan radiologik
akan dapat menunjang penegakkan diagnosis yang tepat. Kerjasama yang erat clan
konsultasi yang terus menerus antara ahli radiologi clan ahli-ahli klinis
lainnya merupakan syarat mutlak untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Cara-cara
pemeriksaan
Fluoroskopi
Fluoroskopi
adalah cara pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus sinar Roentgen dan
suatu tabir yang bersifat fluo resensi bila terkena sinar tersebut. Fluoroskopi
terutama diperlukan untuk menyelidiki pergerakan suatu organ/sistem tubuh
seperti dinamika alat-alat peredaran darah, misalnya jantung dan pembuluh darah
besar; serta pernapasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru.
Karena pada fluoroskopi, baik penderita maupun pemeriksa mungkin terpapar sinar
Roentgen sehingga dapat menyebabkan bahaya radiasi, maka perlu diperhatikan
beberapa petunjuk agar bahaya sinar dibatasi pada tingkat minimum yang masih
praktis. Output alat Roentgen harus diukur secara berkala dan tidak boleh
melebihi 10 Rad per menit disebelah atas meja pemeriksaan.
Kondisi-kondisi
teknis alat Roentgen adalah antara 80-90 KV dan 3 rnA. Saringan aluminium
setebal 2 mm harus digunakan untuk membatasi jumlah sinar yang diarahkan ke
penderita. Hal lain yang harus diperhatikan juga dalam membatasi jumlah sinar
ini ialah pemeriksa harus bekerja cepat, menggunakan diafragma sekecil-kecilnya
sambil menjaga agar bagian tabir yang berfluoresensi tidak sampai ke pinggir
tabir.
Untuk
dapat melihat dan memeriksa bagian-bagian toraks dengan teliti, mata pemeriksa
terlebih dahulu harus dibiasakan pada ke adaan gelap (adaptasi mata). Hal ini
berhubungan dengan susunan kerucut (cones) dan batang (rods) dafam retina mata
si pemeriksa. Setelah mata beradaptasi pada keadaan gelap, maka penglihatan
(visus) pemeriksa terutama dilakukan oleh susunan batang. Adaptasi yang cukup
dapat dilakukan dengan berada dalam kamar gelap selama kira-kira 15 menit atau
menggunakan kacamata merah selama kira-kira 10 menit bila berada dalam ruangan
terang dan disusul dengan 5 menit di dalam kamar gelap.
Prosedur
yang dilakukan pada fluoroskopi berlainan untuk setiap indikasi dan tiap
pemeriksa mempunyai caranya tersendiri, namun bagaimanapun perbedaannya,
pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis. Mula-mula sebelah paru-paru
diteliti secara sebidang demi sebidang baik pada kedudukan postero-anterior
(PA) maupun pada posisi oblique kiri dan kanan, sambil memutar-mutar si
penderita secara perlahan-lahan. Cara ini dilakukan pula pada paru sebelah
lainnya. Pergerakan diafragma diteliti pada waktu bernapas.
Percobaan
Valsalva (ekspirasi yang dipaksakan dengan glottis tertutup) dilakukan untuk
mempertinggi tekanan intratorakal yang mengurangi isi dan mempersempit venae,
atriae cordis, dan malformasi arteriovenosus. Percobaan Mueller (inspirasi yang
dipaksakan dengan glottis tertutup) dilakukan untuk memperkecil tekanan
intratorakal dan memperlebar alat-alat vaskular tersebut di atas. Bila ada
persangkaan pneumotoraks, maka pemeriksaan pada ekspirasi akan memperjelas
kelainan ini, karena terlihat kontras antara paru yang relatif mengandung
sedikit hawa dengan udara dalam ruang pleura.
Kadang-kadang
penderita perlu diperiksa dalam posisi berbaring, baik telentang atau
tengkurap, terutama bila cairan pleura menyelubungi batas-batas diafragma.
Saat
ini mulai banyak digunakan alat bernama image amplifier, yaitu alat yang
memungkinkan untuk melakukan fluoroskopi da lam kamar sedikit terang dan tanpa
diperlukan adaptasi gelap. Alat ini juga menyebabkan jumlah sinar yang mengenai
penderita dan pemeriksa sangat rendah. Sayangnya alat ini selain agak berat dan
sukar dipakai, juga mahal.
Karena
banyaknya radiasi yang diperoleh penderita dan pemeriksa pada pemeriksaan
fluoroskopi, maka sejak kurang lebih 10 tahun terakhir ini, WHO menganjurkan
agar kebiasaan memeriksa toraks dengan fluoroskopi ditiadakan dan dibatasi
hanya pada pemeriksaan urrtuk menilai pergerakan-pergerakan seperti denyut
jantung, gerakan diafragma, dan sebagainya.
Roentgenografi
Roentgenografi
adalah pembuatan foto Roentgen toraks, yang biasanya dibuat dengan arah
postero-anterior (PA) dan lateral bila perlu. Agar distorsi dan magnifikasi
yang diperoleh menjadi sekecil mungkin, maka jarak antara tabung dan film harus
1.80 meter dan foto dibuat sewaktu penderita sedang bernapas dalam (inspirasi).
Tekanan
listrik yang dipergunakan biasanya antara SO90 KV; semakin tinggi semakin baik,
karena ini mengurangi kontras antara hitam dan putih. Pemakaian tekanan tinggi
akan menambah daya tembus sinar, sehingga bagian-bagian mediastinal dan
retrokardial dapat pula dilihat. Bagian ini tidak mungkin terlihat bila tekanan
listrik terlalu rendah.
Bila
faktor-faktor teknis suatu foto Roentgen cukup baik, maka biasanya dapat
dilihat dengan jelas sela-sela intervertebrae torakal bagian atas, misalnya
dari Th I - Th V dan juga pembuluh darah
di belakang jantung. Beberapa proyeksi istimewa diperlukan untuk melihat lebih
jelas sarang-sarang yang letaknya agak tersuruk atau untuk menyelidiki
daerah-daerah yang tersembunyi pada proyeksi-proyeksi biasa. Proyeksi miring
(oblique) dibuat dengan sudut kira-kira 45° dan diberi nama menurut bagian dada
yang letaknya terdekat pada film dan terjauh dari tabung Roentgen; misalnya
istilah miring anterior kanan (MAK) atau right anterior obligue (RAO) berarti
penderita berdiri dengan bagian kanan dada depan bersentuhan dengan kaset film
pada sudut 45° dan bagian kiri dada belakang (punggung kiri) terletak dekat
pada tabung. Proyeksi istimewa lain yang juga sering dibuat ialah proyeksi
lordotik puncak paru dengan arah sinar antero-posterior (AP). Projeksi ini
dikerjakan untuk menyelidiki sarang-sarang yang terletak di puncak paru
(apeks), yang pada proyeksi postero-anterior (PA) biasa umumnya tersembunyi di
belakang klavikula dan kosta I.
Kadang-kadang
perlu dibuat foto-foto dalam posisi berbaring untuk meneliti lebih lanjut letak
dan sifat cairan yang berkumpul da lam kavitas, rongga pleura, atau sela pleura
interlobaris.
Bila
ada persangkaan terhadap emfisema obstruktif yang mengenai seluruh paru, lobus
atau segmen, maka sebaiknya dibuat foto pada ekspirasi maksimal di samping foto
biasa pada inspirasi. Kedua cara pemotretan/ opname ini juga dapat dipergunakan
untuk melihat pergerakan diafragma pada kelainan diafragma.
Pembuatan
foto juga penting untuk dokumentasi dan pemeriksaan berkala untuk meneliti
perkembangan (follow up) penyakit apa kah mengalami perbaikan atau perburukan.
Bronkografi
Bronkografi
ialah pemeriksaan percabangan bronkus, biasanya dilakukan baik dengan
fluoroskopi maupun roentgenografi, de ngan cara mengisi saluran bronkial dengan
suatu bahan kontras yang bersifat opaque (menghasilkan bayangan putih pada
foto). Bahan kontras tersebut biasanya mengandung jodium (lipiodol, dionosil,
dan sebagainya). Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada bronkiektasis untuk
meneliti letak, luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang melebar; dan pada
tumor-tumor yang terletak dalam lumen bronkus (space occupying lesions), yang
mungkin mempersempit bahkan menyumbat sama sekali bronkus bersangkutan. Tetapi
dengan adanya computed tomography (CTScan), yang dapat memperlihatkan baik
bronkiektasis maupun tumor dengan lebih jelas, maka bronkografi yang memerlukan
persiapan-persiapan tertentu dan teknik pemeriksaan yang serba sulit, mulai
dianggap usang dan ditinggalkan.
Tomografi
Istilah
lain untuk tomografi'ialah : planigrafi, laminagrafi, atau stratigrafi. Dengan
istilah ini dimaksudkan pemeriksaan terhadap 1 lapisan jaringan dengan
mengaburkan lapisan-lapisan lain di atas dan di bawahnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan menghubungkan tabung Roentgen dan kaset yang berisi film dan
pada saat foto dibuat, kedua bagian ini digerakkan dalam jurusan yang saling
bertentangan. Dengan cara ini, maka semua bangunan pada hasil foto menjadi
kabur, kecuali lapisan yang tepat berada di persimpangan arus sinar lapisan yang
hendak diselidiki. Cara pemeriksaan ini berguna sekali untuk lebih mempertegas
persangkaan akan adanya suatu kavitas pada foto biasa, misalnya pada
tuberkulosis.
Pada
penyelidikan karsinoma bronkogen, cara pemeriksaan ini dapat dipergunakan untuk
melihat adanya penyumbatan pada bron kus terutama bronkus yang besar seperti
pada daerah hilus. Tomografi juga berguna sekali untuk mengetahui apakah ada
sarang perkapuran dalam tumor-tumor kecil di parenkima paru-paru dan dalam
penyelidikan lebih lanjut terhadap abses paru.
Angiokardiografi
Angiokardiografi
adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan pembuluh-pembuluh
darah besar dengan sinar Roentgen (fluoroskopi atau roentgenografi), dengan
menggunakan suatu bahan kontras radioopak, misalnya Hypaque 50 %, dimasukkan ke
dalam salah satu ruang jantung melalui kateter secara intravena.
Berkat
perkembangan pesat di bidang teknik peralatan Roentgen dalam beberapa puluh
tahun belakangan ini, berbagai jenis alat sudah dapat dipergunakan sekarang untuk
menyempurnakan cara pemeriksaan ini. Pada umumnya 2 jenis alat kini lazim
dipergunakan. Yang pertama adalah alat penukar kaset dengan kecepatan tinggi
(highspeed cassette
changer).
Alat ini memungkinkan pembuatan sejumlah foto secara berturut-turut menurut
antara waktu tertentu. Jumlah foto yang dapat dibuat dengan alat ini adalah
antara 2 sampai 12 per detik bergantung pada keperluan. Cara yang kedua adalah
dengan mempergunakan kamera gambar hidup bersamaan dengan tabir fluoroskopik.
Cara pemeriksaan ini sebaiknya diperlengkapi pula dengan suatu alat penguat
bayangan (image amplifier). Film yang dihasilkan dapat diputar kembali, bila
perlu dengan kecepatan yang diperlambat, dan dipertontonkan kepada para dokter
dan mahasiswa (cineradiography).
Angiokardiografi
ternyata sangat berguna dalam pemeriksaan penyakit-penyakit jantung dan
pembuluh darah besar, baik bawaan mau pun yang diperoleh, serta dalam
pemeriksaan penyakit paru menahun. Cara pemeriksaan ini misalnya sangat
diperlukan pada penyakit Tetralogi Fallot, koarktasi aorta, dan pada diagnostik
diferensial aneurisma aortae.
Pneumografi
retroperitoneal
Pneumografi
retroperitoneal dipergunakan untuk memeriksa mediastinum, setelah diisi dengan
udara yang dimasukkan secara re troperitoneal melalui suntikan ke dalam spatium
presacrale, kira-kira YZ jam sebelum foto Roentgen dibuat.
Cara
pemeriksaan ini dianggap usang setelah adanya CTScan yang dapat memperlihatkan
rongga intra dan retroperitoneal de ngan sempurna tanpa mempergunakan
persiapan-persiapan dan alat-alat pemeriksaan khusus.
Foto
fluorografi
Untuk
menghemat ongkos, pemeriksaan toraks dapat dilakukan dengan membuat foto biasa
pada bayangan di tabir Roentgen pada film-film kecil. Berbagai alat istimewa
telah dibuat untuk maksud ini.
Biasanya
dibuat film-film sebesar 35 dan 70 mm. Cara ini sangat berguna pada pemeriksaan
massal secara rutin (mass chest surveys).
Cara
membuat laporan pemeriksaan Roentgen paru
Laporan
pemeriksaan Roentgen paru pada hakekatnya terdiri atas 3 bagian, yaitu: risalah,
kesimpulan, dan nasehat.
Risalah
Dalam
risalah ini dilaporkan secara terperinci semua kelainan yang ditemukan atau
dicurigai pada fluoroskopi dan radiografi. Bila kelihatan suatu bayangan, maka
perlu disebutkan:
- kedudukan/lokalisasinya
- densitas (densitas kapur, air, atau otot)
- batas-batasnya (tegas, tak tegas, teratur atau tak teratur)
- jenisnya (garis-garis, bercak-bercak, awan-awan)
- homogenitasnya
- suram, terselubung atau bayangan padat (massif)
- adanya kavitasi, kalsifikasi dan sebagainya
Kesimpulan
Dalam
kesimpulan ini disebut kesan umum tentang seluruh pemeriksaan secara singkat.
Nasehat
Laporan
diakhiri derngan nasehat seperlunya kepada sejawat yang bersangkutan.
Contoh
suatu laporan pemeriksaan Roentgen paru:
Risalah
- Fluoroskopi : pergerakan kedua diafragma pada pernapasan dalam batas-batas normal; gerak-gerik jantung juga normal. Tampak daerah suram di lapangan atas kanan.
- Radiografi : diafragma, sinus-sinus, cor, tak kelihatan kelainan-kelainan. Paru-paru: di lapangan atas kanan tampak bayangan berdensitas otot, seperti bercak-bercak, berbatas tak tegas dengan tersangka 1 bayangan seperti cincin (kavitas ?) di daerah infraklavikuler lateral. Paru-paru kiri seluruhnya bersih.
Kesimpulan
:
Sarang-sarang
tuberkulosis aktif tingkat lanjut di kanan atas.
Nasehat
:
- Pemeriksaan klinis/laboratorium lengkap terhadap tuberkulosis.
- Pengobatan spesifik.
- Kontrol roentgenologik 1 bulan lagi.
TORAKS
NORMAL
Suatu
penilaian yang tepat dan teliti terhadap foto toraks memerlukan pengetahuan
yang mendalam mengenai anatomi normal toraks. Dalam keadaan normalpun anatomi
seseorang itu mungkin sangat berbeda satu sama lainnya, sedangkan batas-batas
antara yang sehat dan yang sakit kadang-kadang sangat samar-samar. Oleh karena
itu, untuk dapat mengetahui apa yang sakit, maka terlebih dahulu perlu dimiliki
pengetahuan-pengetahuan dasar tentang apa yang masih termasuk dalam batas-batas
yang normal.
Toraks
orang dewasa
Foto
toraks pada orang dewasa memperlihatkan tulang-tulang toraks termasuk
tulang-tulang rusuk, diafragma, jantung, paru-paru, klavikula, skapula, dan
jaringan lunak dinding toraks.
Toraks
terbagi due oleh mediastinum di tengah-tengah. Di sebelah kiri dan kanan
mediastinum terdapat paru-paru yang berisi udara, yang oleh karenanya relatif
radiolusen (hitam) bila dibandingkan dengan mediastinum, dinding toraks dan
bagian atas abdomen (putih). Bagian-bagian tersebut belakangan ini dikatakan
mempunyai densitas otot
Tulang-tulang
toraks
Walaupun
pemeriksaan roentgenologik dada terutama dimaksudkan untuk menyelidiki
alat-alat intratorakal seperti jantung dan paru-paru, namun semua tulang-tulang
kerangka toraks juga dapat dilihat dengan jelas,
sehingga
dapat pula diketahui bila ada kelainan pada tulang-tulang tersebut. Tulang-tulang
ini ialah: kedua belah skapula dan klavikula serta sternum, vertebra servikal
dan torakal, dan iga-iga.
Bentuk
toraks mempunyai variasi yang sangat luas pada keadaan normal dan bergantung
pada umur dan habitus seseorang. Sternum biasanya tidak dapat dilihat jelas
pada foto PA, karena adanya superposisi dengan vertebra torakal, tetapi
bagian-bagian pinggir manubrium sering dapat dilihat dengan baik. Untuk
menyelidiki sternum, lebih baik dibuat foto lateral dan foto dengan teknik
khusus dari belakang agak miring ke depan tengah.
Semua
tulang iga hampir serupa bentuknya. Iga-iga yang terletak di sebelah anterior
adalah lebih tinggi di sebelah lateral daripada di sebelah medial, sehingga
iga-iga kiri-kanan yang same nomornya kira-kira merupakan huruf V, sedangkan
iga yang terletak di sebelah posterior lebih tinggi di sebelah medial daripada
di sebelah lateral dan iga-iga kiri-kanan yang same nomornya kira-kira
merupakan huruf A. Bagian-bagian iga yang terletak paling anterior dan
berhubungan dengan sternum pada orang muda masih merupakan tulang rawan
(kartilago) sehingga tidak terlihat pada foto Roentgen. Tetapi dengan
meningkatnya umur dan juga pada beberapa keadaan lain, sebagian kartilago ini
mengapur dan mengakibatkan bayangan-bayangan dengan densitas tinggi,
berbintik-bintik secara tidak teratur. Dalam keadaan normalpun iga-iga mungkin
menunjukkan anomali bentuk, seperti ujung-ujung yang bifida (bentuk garpu),
penyatuan (fusi) antara 2 iga yang berdekatan, atau kadang-kadang salah satu
iga atau lebih tidak ada sama sekali. Suatu anomali yang sering terlihat iaiah
iga servikal yang membujur dari paru dan jembatan iga.
Sela-sela
interkostal diberi angka menurut iga di sebelah atasnya. Iga-iga yang terletak
di bawah diafragma tidak terlihat sejelas iga-iga yang di atas diafragma karena
lebih tingginya densitas alat-alat abdomen.
Kedua
skapula sering menyebabkan superposisi atas dinding toraks sehingga margo
vertebralis dan margo inferiornya menutup ba gian lateral paru-paru bagian
atas. Superposisi ini dapat dihindarkan dengan mengadakan endorotasi maksimal
di persendian bahu waktu foto dibuat .
Pada
foto yang dibuat untuk menyelidiki paru, sebagian besar vertebra torakal tidak
dapat diliYlat satu per satu karena tertutup oleh bayangan mediastinum yang
sangat dens. Untuk dapat melihat semua vertebra torakal dengan jelas perlu
dibuat foto yang keras dengan daya tembus yang lebih tinggi. Hanya bila ada
skoiiosis, vertebra keluar dari bayangan mediastinum dan dapat dilihat.
Mayor
mengakibatkan bayangan suram kira-kira di bagian tengah toraks. Sering yang
sebelah kiri dan kanan tidak sama besar, dan oleh karena itu bayangan yang
disebabkannya berlainan pula suramnya
Bayangan
muskulus sternokleidomastoideus mungkin jelas sekali kelihatan membujur dari
leher di luar toraks sampai ke ma nubrium sterni; bagian paru-paru yang tidak
tertutup oleh bayangan ini kelihatan amat jelas, radiolusen. Kalau batas
bayangan muskulus sternokleidomastoideus ini konkaf, maka bersama dengan batas
medial iga 1 dan apeks yang juga konkaf, mungkin terlihat bayangan menyerupai
suatu kavitas, yang menyebabkan banyak radiolog amatir sampai tertipu !.
Bayangan
lunak yang tipis selebar 2 mm - 1 cm mungkin pula terlihat sejajar dengan
apeks, yang biasanya dibentuk oleh iga-iga I dan II belakang, disebabkan
lapisan pleura, yaitu tempat yang dilalui oleh sinar dalam jarak yang agak
panjang; begitu pula bayangan jaringan lunak ikutan (accompanying shadows) ini
dapat dilihat sejajar dengan klavikula
Jaringan-jaringan
lunak
Jaringan
lunak dinding toraks, baik yang terletak di sebelah depan maupun di belakang,
mungkin merupakan bayangan luas yang rr7e nyelubungi isi toraks, dan yang
terpenting di antaranya adalah payudara wanita. Bagian-bagian tubuh ini
menyebabkan bayangan-bayangan suram, yang luas dan letaknya bergantung pada
besarnya. Kadang-kadang bayangan payudara ini terletak rendah sampai di bawah
diafragma pada wanita-wanita yang telah lanjut umurnya, sedangkan pada anak
gadis fetaknya lebih tinggi,
juga
papilla mammae mengakibatkan bayangan yang lebih tinggi lagi densitasnya,
bergantung pada tebalnya.
Pada
laki-laki, teristimewa pada mereka yang berbadan tegap, muskulus pektoralis
Pada
orang tua yang kurus, bayangan jaringan lunak ini mungkin disebabkan oleh lipatan-lipatan
kulit, terutama dipunggung
Akhirnya
bayangan-bayangan dengan densitas jaringan lunak mungkin pula disebabkan oleh
papilla mammae, tumor dinding to raks, benjolan-benjolan dalam kulit seperti
pada neurofibromatosis, kutil yang agak besar, dan corpora aliena; rambut
wanita yang menyebabkan superposisi atas paru-paru mungkin pula disalah
tafsirkan sebagai sarang tuberkulosis
Untuk
menghindari diagnosis yang salah ini serta mengetahui dengan tepat apa yang
menyebabkan terjadinya bayangan-bayangan tersebut, maka sering diperlukan
pemeriksaan yang teliti pada tubuh penderita, fluoroskopi, foto-foto dalam
beberapa jurusan, bahkan kadang-kadang diperlukan foto stereoskopik.
Bangunan
iritratorakal
Rongga
toraks diisi oleh bangunan-bangunan yang densitasnya satu sama lain sangat
berbeda, yaitu densitas yang tinggi dari jaringan lunak terhadap densitas yang
rendah dari udara; hal ini tentu sangat menguntungkan, sehingga
bangunan-bangunan tersebut menjadi mudah dilihat.
Di
sebelah bawah rongga toraks dibatasi oleh kedua diafragma; di tengah-tengahnya
tampak bayangan padat yang disebabkan oleh mediastinum, jantung,
perrbuluh-pembuluh darah besar, akar paru, trakhea, dan bronki yang besar.
Sebelah kiri dan kanan bayangan padat tersebut berada paru-paru yang berisi
udara; bayanyan bayangannya disebabkan oleh bangunan-bangunan vaskular,
limfatik, bronkial; dan endotelial, dikelilingi oleh udara.
Penelitian
yang seksama terhadap suatu foto Roentgen toraks memerlukan pengetahuan yang
mendalam tentang anatomi dan histologi paru. Di bagian tengah terlihat bayangan
hilus paru; yang kiri terletak lebih tinggi sedikit daripada yang kanan.
Bayangan hilus ini terutama dibentuk oleh arteri pulmonalis, tetapi secara
anatornis ia juga terdiri atas venae pulmonalis, bronki besar dan
kelenjar-kelenjar limfe hilus atau peribronkial. Dari akar ini tampak memancar
ke segala jurusan di perifer bayangan-bayangan linear, yang lumennya semakin
sempit bila semakin jauh dari hilus serta semakin dekat ke perifer. Bayangan-bayangan
seperti garis-garis ini terutama dibentuk oleh arteriae pulmonalis, disamping
dibentuk pula oleh venae pulmonalis, jaringan dinding-dinding bronki dan
saluran-saluran limfe. Bayangan tersebut sangat jelas dan menonjol di daerah
parakardial kanan dan disebabkan oleh beberapa venae pulmonalis yang
besar.bayangan suram, yang luas dan letaknya bergantung pada besarnya. Bayangan
juga jelas kelihatan di kedua belah mediastinum, daerah suprahiler, membujur
sampai ke puncak paru-paru. Kadang-kadang pembuluh darah ini kelihatan sebagai
bayangan bundar, homogen, agak dens, yaitu bila pembuluh darah tersebut
kelihatan ortograd, karena panjangnya kolom darah yang dilalui oleh sinar
(lihat gambar Superposisi dengan Pembuluh Darah Orthograd).
Sebaliknya,
bila bronkus yang letak orptograd, maka akan kelihatan juga bayangan bundar,
tetapi tidak homogen, dengan pusatnya berwarna hitam terang yang disebabkan
oleh udara yang terkandung di dalamnya (lihat gambar bronkus orthograd).
Di
lapangan perifer bayangan-bayangan bronkovaskular ini menjadi sangat tipis;
penaksiran tebalnya pembuluh-pembuluh darah ini adalah sangat penting untuk
mendiagnosis suatu kelainan dalam toraks.
Berikut
ini adalah protokol pemeriksaan CT Scan dari RSUP Dr. Soetomo Surabaya yang
saya dapat melalui rekan kerja saya mbak Triningsih Radiografer RSUP Sanglah
Denpasar dalam bentuk lempiran fotocopy, kemudian di ketik ulang oleh Siti
Murtiningsih radiografer RSU Graha Asih. Silahkan dicermati dan analisa
barangkali ada perbedaan tata cara pemeriksaan dari instansi kerja rekan-rekan,
komentar dan masukannya selalu ditunggu.
Protokol
Pemeriksaan Ct-Scan
Disusun
oleh : team ct-scan PKB PDSRI
CT-SCAN
OTAK
Potongan
axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan :
4
– 5 mm infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm
Lesi
dimidline sebaiknya dibuat potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang
pada kasus trauma/ suspect fraktur tulang kepala.
Indikasi
kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM, aneurysma.
CT-SCAN
HYPOFISE
Potongan
coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan axial scan
2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil
/mikroadenoma atau kelenjar hipofise normal ; 5mm bila tumor besar/
makroadenoma)
F.O.V
kecil (160-200) mulai dari procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.
CT-SCAN
TELINGA / os.PETROSUM
Teknik
: High Resolusi CT / kondisi tulang
kasus
non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm sejajar dengan
axis os.petrosum. mencakup seluruh tulang os.petrosum, tanpa kontras, kondisi
tulang (WW dan WL yang tinggi)
kasus
tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum
tanpa dan dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal
2-5mm sebagai tambahan, dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh
os.petrosum dan proses abnormalnya.
CT-SCAN
ORBITA
Tumor/
infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding superior
cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis infraorbito
meatal line, tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan coronal
3-5mm mencakup seluruh cavum orbita.
Fractur
orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak dalam kondisi
soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).
CT-SCAN
NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx:
potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak tinggi (lebih
tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar pallatum.
Tanpa dan dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan potongan axial 5mm
sejajar corpus vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari
pembesaran kelenjar.
Setelah
itu dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya kelainan dari
choana sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior
nasoprynx F.O.V. 250mm, potongan coronal
kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila ada destruksi basis cranii.
Oropharynx:
sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah, garis axial dimulai dari
mandibula keatas.
Lidah:
pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong gabus, agar pada
potongan coronal lidah tidak menyatu dengan pallatum. Teknik hamper sama dengan
nasopharynx, hanya axial dan coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah.
Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah lebih baik dibuat coronal dahulu
tanpa dan dengan bolus kontras, baru kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk
tumor dipangkal lidah, sebaiknya dibuat
axial dahulu baru cornal. Kontras diberikan pada potongan yang diperkirakan
akan memberi informasi baik.
CT-SCAN
LARYNX / PITA SUARA
Potongan
pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar
dengan pita suara.
Potongan
dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari batas atas sampai
batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher 5mm post
bolus kontras (delayed scan)
F.O.V.
160-200mm, tanpa dan dengan bolus kontras.
CT-SCAN
THYROID
Potongan
axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah biasanya
mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus kontras,
kemudian di ulang / delayed scan untuk mendapatkan batas lesi dan tambahan
informasi yang lebih baik setelah seluruh kelenjar mengalami penyengatan
merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan
: untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR (Multiplanar
Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu harus dibuat
potongan 1-2mm pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang diperlukan untuk
potongan coronalya.
CT-SCAN
SINUS PARANASALIS
Teknik
High Resolusi
Sinusitis:
Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian posterior, mulai
dari os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar sinus
maxillaries sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft
tissue (WW diatas 2000, WL diatas 200) F.O.V 200-250mm
Tumor sinus : Potongan coronal 3-5mm dari dinding
depan sinus sampai nasopharynx / tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian
axial 3-5mm dari dasar sinus sampai sinus frontalis / mencakup seluruh tumor,
kondisi soft tissue / tulang dan kondisi massa tumor dengan WW yang rendah.
CT-SCAN
THORAX
(bila
memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi)
Potongan
axial prekontras/ polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10,
index 10-15. Bolus kontras diberikan
mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan 5-8mm.
Bila
proses dibawah hilus potongan post kontras diteruskan kebawah sampai mengenai
seluruh proses terpotong.
Kondisi
dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim paru dan kondisi mediastinum.
Permintaan
khusus untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya pada indikasi parenchymal
lung disease / emphysema.
Axial
scan tanpa kontras filter high resolusi, tebal potongan 2mm dengan index
potongan 8-10mm dari puncak paru sampai diafragma.
Tumor
esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras sampai didapatkan
lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar dan yang sempit
sebagai batas atas tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor mulai batas
atas sampai batas bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal
dan sagital dapat diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis
2-3mm sewaktu dibolus).
CT-SCAN
ABDOMEN ATAS
Potongan
Axial dari diafragma sampai ginjal.
Prekontras:
tebal potongan 10, index 10-15mm.
Bolus
kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan pemeriksaan.
Organ
/ kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm.
Organ / kelainannya sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan
5-8mm. Organ / kelainannya kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan
2-5mm.
Pada
kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar
dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus
kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai
program volume/spiral scan untuk mendapatkan dual phase(fase arterial dan
portal pada hepar atau fase cortex dan medulla pada ginjal), kemudian dibuat
lagi delayed scan untuk mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan fase
excresi (untuk ginjal) dimana system pelviocalycesnya terisi penuh.
Untuk
kasus CA pancreas pakai kontras negatife (minum air saja).
CT-SCAN
ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan
axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate.
Prekontras
: tebal potongan 10mm.
Bolus
kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan tergantung besar kecilnya
kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering tidak
sampai mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum.
Khusus
untuk Ca cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm pada waktu bolus
kontras.
Delayed
scan kadang diperlukan bila: batas tumor tidak jelas.
Potongan
koronal dan sagital dapat diperoleh melalui teknik MPR.
CT-SCAN
SPINE
Potongan
axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal, disebut
CT-Myelografi.
Untuk
kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar dengan discus, tebal
potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu.
Untuk
penilaian canal stenosis, dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus
vertebrae, tegal lurus dengan axis corpus.
Untuk
kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang: potongan sejajar dengan corpus
vertebrae didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft tissue dan tulang . Bila
perlu (umumnya harus) diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses
paravertebral atau untuk melihat infiltrasi tumor kedalam canalis vertebralis.
Disambung Lain waktu lagi ya.................!!!!!!!!
Disambung Lain waktu lagi ya.................!!!!!!!!
saya juga seorang radiografer, senang menemukan teman sejawat dengan blog yang kece kayak gini. semangat nulis semangat menebar ilmu.
BalasHapusASSALAMUALAIKUM ,,, IBU DOSEN QQU...blognya membantu bu ,,,
BalasHapusterimakasih ibu ... :*
BalasHapus